SNIPER86.COM, Probolinggo, 12 Oktober 2025 — Cinta memang tidak selalu butuh kata-kata. Cinta hanya butuh ketulusan hati untuk membuktikan bahwa rasa cinta itu memang benar-benar ada. Cinta mampu menembus batas keterbatasan fisik. Cinta dalam sunyi yang dirajut dan dirawat dengan baik oleh ILCHAM HARMONO dan KHARISMA DWI ANGGRAENI, dua sejoli tuna wicara asal Probolinggo yang baru saja melangsungkan pernikahan di Desa Pabean Kecamatan Dringu. Pernikahan dilaksanakan sederhana namun penuh makna, setelah melewati perjuangan panjang dalam diam.
Informasi terhimpun, Ilcham pernah menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Sinar Harapan di Kota Probolinggo yang tamat tahun 2016 sementara Kharisma menyelesaikan Pendidikan terakhirnya di SLB Sinar Harapan 3 pada tahun 2021.
Mereka memang berasal dari sekolah yang sama, tapi mereka tak pernah jumpa karena masa pendidikan mereka berbeda. Perkenalan mereka justru berawal dari kepiawaiannya memainkan platform medsos. Keterbatasan mereka ternyata tak membuat mereka buta tentang perkembangan IT. Buktinya mereka mampu berkomunikasi dengan gadget yang ada dalam genggamannya.
Sejak 7 tahun yang lalu mereka saling berkenalan, kemudian dalam perjalanan waktu mereka saling mengungkapkan rasa cinta tanpa kata tapi melalui bahasa isyarat yang syarat dengan makna.
Ilcham adalah sosok pemuda tangguh yang memiliki talenta memasang galvalum, sementara Kharisma memiliki talenta menjahit. Mereka bekerja layaknya orang normal. Keterbatasan mereka tak membuat mereka lemah dalam menghadapi tantangan hidup. Kegigihannya dalam keterbatasan patut menjadi inspirasi bagi semua bahwa keterbatasan tak boleh dijadikan alasan untuk tidak bekerja dengan maksimal. Selama manusia bertawakal kepada Allah atas ikhtiarnya yang maksimal, maka niscaya Allah akan membuka kemudahan dalam hidupnya.
Keduanya sama-sama penyandang tuna wicara sejak lahir, namun bukan itu yang mempertemukan mereka — melainkan semangat dan tekad untuk hidup mandiri dengan penuh makna.
Perjalanan mereka tidak mudah. Keduanya berasal dari keluarga sederhana. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuk tetap setia dalam merajut cinta, tapi Ilcham dan Kharisma tak menyerah. Setiap tantangan kehidupan mereka lewati dengan keuletan dan kesabaran sampai akhirnya mereka bisa mewujudkan impiannya duduk di pelaminan.
Prosesi ijab kabul yang dipandu langsung oleh H. Muhtar selaku Plt Kepala KUA Dringu dan dibantu oleh Mira Anggraeni (Kepala SLB Sinar Harapan 3 Probolinggo) juru isyarat berlangsung khidmat di rumah kecil yang disulap menjadi lokasi pernikahan sederhana nan indah.
"Meski tak ada musik atau lantunan doa yang terdengar keras, suasana begitu haru. Isak tangis bahagia dari keluarga dan tamu undangan menggantikan kata-kata yang tak terucap, sayapun juga larut dalam tangisan itu," ucap H. Muhtar kepada media sniper.com, Minggu (12/10) pagi.
Lanjut H. Muhtar, cintanya mengajarkan bahwa bahasa cinta bukanlah suara, tapi ketulusan yang terbentuk dari komitmen, pengorbanan, kesetiaan dan penerimaan tanpa syarat.
"Momen akad nikah dua pengantin tunawicara ini mengingatkan kita, bahwa cinta sejati itu bukan seberapa indah lidah menguntai kata, tapi seberapa tulus hati menepati ikrar janji suci," pungkasnya.
Kisah ini adalah pengingat bahwa keterbatasan fisik tak pernah membatasi kekuatan cinta dan mimpi. Tanpa suara, mereka justru lebih lantang menyuarakan harapan bahwa semua orang, apapun kondisinya, berhak untuk bahagia.*
(Ads/Humas Kemenag)